Hanya seorang pemimpi. Mari bermain bersama :) Sepotong Roti untuk Firman Sama seperti hari-hari biasanya. Aku berangkat empat puluh lima menit sebelum bel masuk berbunyi. Sekolah masih sepi. Hanya beberapa siswa dan lima orang guru saja yang sudah berada di gedung sekolah. Aku membuka ruang kelas. Ah, ternyata seperti biasanya. Firman, teman sekelasku sudah tiba. Dia adalah satu-satunya siswa yang rajin sekali berangkat pagi. Teman-teman sekelas sudah hafal siapa yang paling rajin datang ke sekolah. Firman, kemudian aku. Ragu-ragu, aku menyapa Firman yang duduk di bangku paling pojok, "Pagi, Firman." Dia hanya menggumam—seperti biasa. Dia laki-laki yang bisa dibilang aneh, ia selalu menghindari teman-teman yang lain, ia seakan-akan memiliki dinding pembatas tak kasat mata untuk menjaga dirinya dari orang lain. Banyak yang bilang ia begitu karena ia memiliki kehidupan yang berat. Aku kemudian mengambil bangku beberapa meja di depannya. "Hasna,...